Tradisi Apitan, Wujud Syukur Masyarakat Grobogan

Tradisi Apitan di Kedungjati.

Wisata Grobogan – Bulan Apit seakan menjadi hajatan akbar bagi masyarakat Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Desa-desa di daerah ini melakukan tradisi rutin tahunan yang biasa disebut Apitan/Merti Bumi/Sedekah Bumi.

Apa itu Tradisi Apitan? Tradisi apitan adalah acara tahunan yang digelar sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT. Nama Apitan berasal dari kata Apit yang merupakan nama dari salah satu bulan di dalam penanggalan jawa. Atau disebut Dzulqo’dah dalam bulan hijriah.

Mengapa disebut bulan Apit? Penamaan bulan Apit berkaitan dengan posisinya yang berada di antara dua hari raya besar Islam. Yaitu hari raya idul fitri di bulan syawal dan hari raya idul adha di bulan Besar (Dzulhijjah). Karena diapit dengan dua hari raya besar inilah yang membuatnya disebut bulan Apit.

Tradisi Apitan  Grobogan


Pelaksanaan tradisi apitan di grobogan sudah berlangsung sejak lama. Hingga sekarang  agenda tahunan ini masih terus dilestarikan oleh masyarakat di Kabupaten Grobogan. 

Dalam pelaksanaanya tradisi apitan grobogan sangat beragam. Secara umum mereka akan melakukan hajatan bersama di balai desa/rumah lurah/punden dengan membawa berbagai macam hasil bumi, mulai dari nasi beserta lauk pauk, buah-buahan, ketan dan beragam jenis masakan tradisional lain.
Kirab Tradisi Apitan di kedungjati.
Semua masakan tersebut kemudian di gelar secara bersama-sama di atas daun pisang. Usai Modin (tokoh agama) membacakan doa, warga lantas makan bersama. Sisanya akan dibawa pulang dengan cara menukar makanan yang mereka bawa dengan orang lain.

Menurut kepercayaan, makanan yang di bawa pulang akan membawa keberkahan tersendiri. Semakin banyak makanan yang di bawa pulang semakin banyak pula rejeki dan keberkahan yang akan diperolehnya di sepanjang tahun tersebut.

Di beberapa desa seperti di Desa Rajek Kecamatan Godong, dalam hajatan tradisi apitan juga dilakukan ‘sirat’siratan’ atau menaburkan makanan kepada orang lain. Hal ini sebagai pertanda untuk membagi-bagikan rezeki kepada orang lain.

Namun saat ini sirat-siratan mulai ditinggalkan lantaran dianggap mubadzir karena membuang-buang makanan dengan sia-sia.

Lain halnya dengan tradisi apitan di Desa Kedungjati, Sabtu (28/8/2016). Di desa ini selain dilakukan hajatan, juga digelar Kirab Budaya. Kirab ini diikuti oleh masyarakat desa setempat dengan membawa berbagai makan ke Sonde (petilasan Sunan Kalijaga)

Usai kirab, pada malam harinya digelar pertunjukkan wayang kulit semalaman. Kenapa harus wayang? Kesenian merupakan warisan budaya jawa dan islam yang dibuat Sunan Kalijaga yang sarat dengan nasihat. Diharapkan dari pementasan wayang kehidupan masyarakat setempat akan semakin baik lagi.

Semoga tradisi apitan grobogan akan terus lestari. Tentu semua pihak harus turut serta menjaganya sehingga sampai kapanpun tradisi ini akan terus terjaga dengan baik.


0 Response to "Tradisi Apitan, Wujud Syukur Masyarakat Grobogan"

Posting Komentar